Mahasiswa, sebagai insan akademis, sejatinya memiliki tanggung jawab yang harus ditopang. Tanggung jawab tersebut tercantum dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang salah satunya adalah mengenai pengabdian masyarakat. Institut Teknologi Bandung menerapkan nilai-nilai Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan berbagai kegiatan kemahasiswaan. Untuk pengabdian masyarakat, yang paling menonjol dan memiliki cakupan paling luas adalah Gebrak Indonesia yang merupakan badan semi otonom dibawah naungan Kabinet KM ITB.

Asal Muasal Pembentukan Gebrak Indonesia

Bibit pembentukan Gebrak Indonesia muncul pertama kali dari prakarsa Ketua Sipil Bangun Desa Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) ITB pada tahun 2012. Sibades merupakan badan semi otonom HMS yang fokus pada pengabdian masyarakat dalam pewujudan karya ketekniksipilan. Salah satu programnya adalah pembangunan infrastruktur di desa. Namun, Ketua Sibades pada saat itu merasakan bahwa keberhasilan pembangunan infrastruktur desa saja belum cukup untuk mengembangkan masyarakat desa yang mandiri. Masalah di desa ternyata bukan ihwal infrastruktur belaka, melainkan banyak aspek yang mengusutnya. Oleh karena itu, diperlukan keterkaitan banyak lembaga untuk menyelesaikan masalah tersebut. Bersama Kementerian Sosial-Masyarakat Kabinet KM ITB Periode 2012/2013, roadshow lalu digelar ke berbagai himpunan demi mencari kawan untuk berkontribusi. Tim Palapa HME ITB, Fardes HMF ITB, Desa.in INDDES ITB, dan Satoe Indonesia setuju bergabung. Gebrak Indonesia pun dicetuskan lalu diresmikan pada 13 April 2013 dengan visi “Terwujudnya masyarakat yang mandiri melalui proses pengembangan masyarakat yang sinergis.”

Karena faktor satu dan lain hal, Tim Palapa terpaksa mengundurkan diri dari perkumpulan. Demi mencegah hal tersebut terulang dan mewujudkan kolaborasi yang berkelanjutan, memorandum of understanding atau nota kesepahaman tentang keanggotaan disahkan. HIMATIKA ITB dan HIMAMIKRO “Archaea” ITB tidak lama setelah itu ikut bergabung. Pada akhirnya, per 2013, Gebrak Indonesia berhasil menghimpun enam lembaga, yaitu Sibades HMS ITB, Fardes HMF ITB, Desa.in INDDES ITB, Satoe Indonesia, HIMATIKA ITB, dan HIMAMIKRO “Archaea” ITB.

Gebrak Indonesia membina satu desa dalam lima tahun. Rentang waktu tersebut dipilih sebagai salah satu upaya mewujudkan desa yang dapat berkembang secara berkelanjutan untuk waktu yang lama. Desa Warjabakti, Kabupaten Bandung, berhasil dibina oleh lembaga-lembaga yang telah sebelumnya disebutkan dari 2013 s.d. 2018. Untuk 2018 s.d. 2023, Desa Cintaasih, Kabupaten Bandung Barat, menjadi binaan Gebrak Indonesia yang menaungi enam lembaga baru, yaitu Sibades HMS ITB, Satoe Indonesia, HMTM “PATRA” ITB, HMF ITB, HIMAMIKRO “ARCHAEA” ITB, dan HMPG ITB.

Keterkaitan banyak lembaga dalam aspek berbeda membuka peluang terjamahnya banyak sisi desa. Oleh karena itu, setiap lembaga dapat mengurus bidang keahliannya masing-masing. Pengaplikasian bidang keahlian tiap lembaga tersebut sudah diterapkan pada saat membina Desa Warjabakti. Sebagai contoh, tugas prasarana diserahkan kepada Sibades. Untuk sanitasi dan kesehatan, Fardes mengambil alih. Di sisi pendidikan, HIMATIKA ITB membuka berbagai kelas inspiratif. Satoe Indonesia bertanggung jawab dalam mengembangkan bisnis desa. Archaea pula mengenalkan teknik-teknik budidaya, seperti jamur dan lele. Terakir tidak kalah penting, pemberdayaan masyarakat menjadi tanggung jawab Desa.in. 

Apa Saja Kegiatan Gebrak Indonesia?

Selain kegiatan pembangunan desa, Gebrak pun menggelar berbagai kegiatan yang dapat menumbuhkan kesadaran akan pengabdian masyarakat. Namun, di kondisi yang terbatas sosial, kegiatan-kegiatan tersebut agaknya perlu disesuaikan. Di awal pandemi, para anggota tidak bisa bebas mengunjungi desa binaannya. Hal tersebut tentu mengurangi kemampuan Gebrak dalam mencapai tujuan pembangunan desa. Oleh karena hal ini, ada kemungkinan periode bina untuk Desa Cinta Asih akan lebih panjang dari lima tahun. Kaderisasi pun tidak dapat dilakukan luring sehingga kegiatannya dibuat fokus pada pembentukan pola pikir desain dan implementasinya pada permasalahan.

Menurut Kemal Rizky (FI’19), Ketua Gebrak Indonesia 2021, setiap pengalaman berkegiatan di Gebrak Indonesia memberikan kesan tersendiri. Dari suasana, tentu perdesaan memiliki hawa yang lebih sejuk daripada perkotaan. Selain itu, beragam kegiatan yang dilakukannya bersama masyarakat membuatnya merasa makin dekat dengan desa. Dengan empati, ia menjadi lebih tahu mengenai seluk beluk desa, dari hal krusial hingga trivial, dari kesulitan menjadi masyarakat desa hingga harga-harga barang di pasar. 

Sepenggal Pesan dari Sang Ketua 

Meskipun beban Tridarma Perguruan Tinggi yang disampirkan di bahu mahasiswa terdengar berat, masih ada langkah-langkah kecil yang dapat mulai kita lakukan. “Tidak harus ke desa, coba untuk lebih peka terhadap sekitar! Lihatlah sekeliling dan bisa membantu sekecil apapun itu. Saat kelak telah menjadi stakeholder, dengan kuasa yang kita punya, kita bisa membantu mengarahkan staff-staff kita untuk lebih peka dan banyak melakukan aksi untuk masyarakat sekitar,” pungkas Kemal menutup sesi wawancara.

Penulis: Reza Pahlawan (AK’20), Nadhira Alsya (PWK’20)

Penyunting : Farah Syahidah (KL’19), Sekar Dianwidi (BE’20)

Kedirjenan Dokumentasi Historis

Kementerian Penelitian dan Pengembangan

Kemenkoan Pergerakan Internal Kabinet KM ITB 2021/2022


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *