Cr:Dokuemntasi dan Arsip LFM ITB

Setelah melewati rintangan menempuh pendidikan, wisuda menjadi momen akhir istimewa yang patut dirayakan. Di Institut Teknologi Bandung, sejak 2000-an, momen ini dirayakan secara terpusat di bawah naungan KM ITB dalam rangkaian Parade Wisuda ITB. Acara yang tidak hanya dirayakan oleh wisudawan, tetapi juga hampir seluruh massa kampus, menjadi sebuah kegiatan yang ditunggu-tunggu, dari membuat megaproperti, menggelar rapat di kampus hingga larut malam, hingga mengikuti acara utama sampai akhir. Meski melelahkan, pengalaman menjadi bagiannya bisa membuat seseorang tertawa saat mengingatnya.

Akan tetapi, sejak aktivitas berkumpul di kampus ditiadakan pada Maret 2020 karena pandemi Covid-19, momen-momen tersebut agaknya terpaksa sirna. Wisuda April yang saat itu tengah digodok konsepnya dan dipersiapkan acaranya juga harus ikut pergi. Pada akhirnya, seri April dari wisuda ITB yang ditunggu-tunggu gagal diadakan. Namun, hal ini tidak semata-mata menjadi akhir dari acara yang telah membudaya di ITB. Peralihan dari luring ke daring dilakukan demi menjaga kelestarian budaya ini.

Transisi Parade Wisuda Offline ke Online

Cr: Dokumentasi dan Arsip LFM ITB

Pada 3 November 2021, perwakilan Kabinet KM ITB berkesempatan mewawancarai Ajeng Anasthasia (ME’18), Ketua Parade Wisuda April dan Juli ITB 2020, mengenai peralihan ini. Menurutnya, mengalihkan acara luring ke daring menjadi tantangan terbesar yang harus dihadapi. Berbagai tradisi khas wisuda ITB harus segera diubah pelaksanaannya, tidak terkecuali arak-arakan. Di sisi lain, massa kampus tetap ingin seluruh rangkaian perayaan wisuda yang telah membudaya terlaksana sebagaimana mestinya. Karena hal tersebut, Ajeng dan timnya berusaha keras merancang acara dari nol, mulai dari draf, rundown, sistem, hingga peraturannya. Tidak hanya itu, tantangan-tantangan komunikasi daring pun harus mereka lalui. 

Meski sempat mengalami kebuntuan ide pada Wisuda April, inovasi-inovasi berhasil diciptakan pada  wisuda selanjutnya. Charity Concert adalah salah satu kegiatan yang diinisiasi panitia Wisuda Juli. Awalnya, mata acara ini hanya ditujukan untuk mengisi kekosongan tradisi konser serupa yang diadakan di Lapangan Cinta. Ajeng mengungkapkan unsur penggalangan dana lalu disertakan sebagai usaha membantu masyarakat yang terdampak pandemi. “Bersyukur banget karena seluruh massa kampus sangat antusias dan kami bisa mengundang Hindia. Dana yang terkumpul juga sangat banyak, sampai bingung mau disalurkan ke mana.” tuturnya. 

Ajeng mengaku bahwa kondisi pandemi membuat ia dan teman-teman panitia seperti orang buta yang tersesat, serba tidak tahu: tidak tahu apa yang harus dilakukan, tidak tahu apa yang akan dihadapi, tidak tahu sistem seperti apa yang akan berjalan. Untungnya, Nada Zharfania (TL’16), Ketua Kabinet KM ITB kala itu, bergabung dalam curah pendapat ide baru. Karena dirasa perlu ide lain dari banyak kepala, Nada menginisiasikan Mimbar Bebas dengan massa kampus sebagai media diskusi ide cemerlang bagi keberlangsungan parade wisuda.

Habis Gelap Terbitlah Terang

Cr : Youtube Perayaan Wisuda Oktober 2021 (Parade Wisuda Juli ITB 2021)

Dibalik kesulitan-kesulitan tersebut, kemudahan-kemudahan baru juga muncul. Karena diadakan secara daring, jarak bukanlah halangan, dan panitia memiliki kesempatan lebih luas untuk mengundang pemateri atau narasumber dari seluruh penjuru Indonesia. Tidak hanya itu, biaya yang dibutuhkan pun ternyata jauh lebih sedikit. Selain itu, panitia pun memiliki kebebasan bereksplorasi metode dan media baru untuk memeriahkan kegiatan, misalnya yang baru diadakan, yaitu dengan menggunakan Roblox (Perayaan Wisuda Oktober ITB 2020) dan Gathertown (Perayaan Wisuda April ITB 2021) untuk tetap melaksanakan arak-arakan online  dengan tetap menunjukkan warna-warni tiap Himpunan Mahasiswa Jurusan dengan metode resilien masing-masing.

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi berujung pada Wisuda Juli 2020 yang terlaksana memuaskan. Ajeng berkata bahwa hasil ini dapat diraih berkat bantuan teman-teman ring 1 dan ring 2 kala itu, “Terima kasih banyak buat wispriljulove (sebutan bagi panitia inti Parade Wisuda April-Juli 2020) aku, karena sejujurnya orang bisa melihat aku sukses karena aku punya support system yang bagus which is kalian semua! Tanpa kalian aku cuma butiran glitter!”

Sepucuk Surat untuk Parade Wisuda

Cr : Dokumentasi dan Arsip LFM ITB

Kepada panitia parade wisuda di masa depan, Ajeng berpesan agar selalu mengingat dan mengemban makna perayaan wisuda. Menurutnya, pandemi bukanlah halangan dalam mengapresiasi wisudawan. Buktinya, Wisuda Juli 2020 tetap bisa menghadirkan makna wisuda sesungguhnya walau dalam media yang berbeda. Kepada wisudawan di wisuda-wisuda selanjutnya, ia berharap agar mereka dapat secepatnya merayakan momen wisuda secara luring sehingga bisa mengabadikan momen dengan berfoto di kampus hingga mengalami arak-arakan yang sesungguhnya; tetap ikhlas apabila ekspektasi-ekspektasi tersebut belum terwujudkan. Terakhir, Ajeng berharap massa kampus dapat lebih peduli dan berkontribusi dalam parade-parade wisuda selanjutnya.

Walau di kegelapan dalam pandemi, Parade Wisuda ITB berhasil mencari dan menjadi cahaya demi tetap mengapresiasi wisudawan. Dari mereka, kita belajar bahwa kegelapan tidak membuat perjuangan seseorang terhenti, tetapi harus mendorongnya untuk berinovasi. Semoga Parade Wisuda ITB senantiasa menjadi cahaya yang dapat terus memberikan tidak hanya pengalaman apresiasi bagi wisudawan, tetapi juga pengalaman penuh makna bagi panitianya.

Penulis : Faza Hauna (OS’20), Sekar Dianwidi (BE’19)

Penyunting :  Reza Pahlawan (AK’20)

Kedirjenan Dokumentasi Historis

Kementerian Penelitian dan Pengembangan

Kemenkoan Pergerakan Internal Kabinet KM ITB 2021/2022


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *