Dokumentasi Pemira KM ITB 2018/2019 – Hearing Zona Selatan

Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (KM ITB) merupakan organisasi kemahasiswaan yang hadir sebagai wadah pemenuhan kebutuhan anggotanya, yakni seluruh mahasiswa ITB. Dalam historisnya, pada masa sebelum kemerdekaan Indonesia, pergerakan yang menaungi keseluruhan mahasiswa ITB ini dikenal dengan sebutan DEMA ITB (1960) atau Dewan Mahasiswa ITB hingga akhirnya pada tahun 1996 penyebutan KM ITB mulai digunakan. Sejak orde kemerdekaan hingga orde reformasi, KM ITB turut menjalankan perannya sebagai organisasi pergerakan mahasiswa yang juga kritis terhadap kondisi bangsa. Mulai dari turut berkontribusi dalam Tritura (Tri Tuntutan Rakyat) pada tahun 1965, mosi tidak menghendaki Soeharto kembali menjadi Presiden RI, hingga turun tangan langsung dalam aksi penolakan revisi UU KPK pada tahun 2019. Keberadaan KM ITB penting bagi keberjalanan internal dan eksternal kampus sehingga diperlukan sosok pemimpin yang dapat menuntun kedinamisan praktiknya. KM ITB, yang diibaratkan sebagai simulasi sistem ketatanegaraan di Indonesia dalam lingkup ITB, juga memiliki sistem pemilihan pemimpin yang demokratis yakni Pemilu Raya KM ITB (Pemira KM ITB). 

Mengenal Peta Perjalanan Pemira KM ITB

Selayaknya Pemilu di Indonesia yang menghasilkan presiden dan wakil rakyat terpilih, Pemira adalah wadah pengambilan keputusan KM ITB untuk memilih seseorang menjadi K3M (Ketua Kabinet Keluarga Mahasiswa) dan MWA-WM (Majelis Wali Amanat-Wakil Mahasiswa). K3M selayaknya presiden nantinya akan memilih anggota kabinet atau lembaga eksekutif tingkat pusat kampus ITB. Sementara itu, MWA-WM adalah perwakilan mahasiswa di MWA yang menyampaikan aspirasi mahasiswa atas pemutusan kebijakan strategis ITB. Berbeda dengan sistem di Indonesia, Pemira tidak dilaksanakan serentak hingga ke Pemira distrik (HMJ).

Saat masih bernama DEMA ITB, Pemilu ideal berbentuk one man one vote pertama kali diadakan pada tahun 1977 dengan maksud tersirat yairu memberikan contoh kepada rezim tentang pemilihan yang demokratis. Selanjutnya, Pemira KM ITB pertama kalinya diadakan pada Oktober 1998 dan dimenangkan oleh Vijaya Fitriyasa (MS’94) sebagai K3M. Namun sayangnya, pada tahun 2000, pelaksanaan Pemira KM ITB yang diketuai oleh Safari (TK’97) dinyatakan gagal karena dinamisasi organisasi kampus dalam penyusunan AD-ART. Hal tersebut mengakibatkan beberapa kandidat Presiden KM ITB batal meramaikan Pemira dan masa jabatan presiden sebelumnya, R. Sigit Adi Prasetyo (IF’95), diperpanjang hingga Maret 2001. 

Setelah sempat gagal, Pemira berhasil bangkit pada Oktober 2001 dan membawa rekor jumlah kandidat terbanyak sampai saat ini, yaitu 7 kandidat. Perhelatan sengit ini dimenangkan oleh Akbar Hanif Dawam A. (PN’98) sebagai K3M serta Rian Ramadian Nugraha (IF’97) sebagai Wakil Mahasiswa di MWA. Setelah peristiwa bersejarah tersebut, Pemira berlangsung lancar dengan membawa nama baru setiap tahunnya. 

Tidak berhenti sampai situ, Pemira KM ITB kembali membawa cerita baru berupa kericuhan dugaan kecurangan dan hilangnya 2 kotak suara pada tahun 2004. Pada tahun tersebut, akhirnya Anas Hanafiah (EL’00) terpilih sebagai presiden merangkap jabatan sebagai wakil mahasiswa dalam MWA. Babak baru musibah bagi Pemira kembali terjadi pada tahun 2005 dan 2006. Pada tahun 2005, terdapat indikasi permainan politik terhadap hak suara TPB yang mengakibatkan dicabutnya hak suara mereka. Lalu pada tahun 2006, terjadi inkonsistensi dan kesalahan teknis oleh panitia pelaksana yang menyebabkan pengulangan prosesi Pemira dengan Dwi Arianto Nugroho (TK’02) yang akhirnya terpilih sebagai Presiden KM ITB. 

Berganti suasana, Pemira 2008 berhasil menghadirkan Presiden KM ITB wanita pertama, yakni Shana Fatina Sukarsono (TI’04). Pemira kala itu juga menggunakan sistem pasangan antara calon presiden dengan calon anggota MWA. Wahyu Bagus Yuliantok (PL’04) terpilih menjadi anggota MWA berpasangan dengan Shana. Pada tahun berikutnya, keberlangsungan Pemira agak tersendat karena mengalami pengulangan hingga tiga kali. Pemira tahun 2009 akhirnya ditutup dengan terpilihnya Ridwansyah Yusuf Achmad (PL’05) sebagai presiden dan Benny Nafariza (EL’05) sebagai wakil mahasiswa di MWA.

Terobosan-terobosan Baru nan Seru!

Laman Resmi Pemira KM ITB 2020/2021

Antusiasme pemilih mengalami peningkatan dengan jumlah pemilih sebanyak 68% pada tahun 2012 karena terobosan mesin e-vote. Anjar Dimara Sakti (GD’08) berhasil menjadi Presiden KM ITB pertama yang memenangkan Pemira KM ITB melalui sistem e-vote. Pemira 2012 merupakan masa kembalinya ajang pesta demokrasi bagi mahasiswa TPB, karena mahasiswa tingkat satu kembali diperbolehkan menggunakan hak suaranya.  Peningkatan antusiasme ini ternyata diiringi dengan kekecewaan pemilih terhadap sistem e-vote. Sebagian besar pemilih berekspektasi bahwa sistem e-vote akan sama seperti online vote, menggunakan mesin berlayar sentuh yang sudah terintegrasi dengan internet. Nyatanya pemilihan dilakukan menggunakan mesin e-vote yang akan mengeluarkan kertas secara otomatis, lalu pemilih tetap akan memasukkan kertas tersebut ke kotak suara secara manual. Panitia Pemira 2012 memilih tidak menggunakan opsi online vote dengan alasan data yang terekam dalam server akan lebih rentan untuk diretas. Akhirnya pada tahun 2014 sistem e-vote ditinggalkan.

Ada Apa dengan Pemira?

Dokumentasi Sosial LFM – Pembukaan Pemira ITB 2019

Sedari awal, permasalahan Pemira KM ITB berasal dari rendahnya partisipasi pemilih untuk melaksanakan pesta demokrasi. Krisis kepemimpinan pada tahun 2018 menambah deret permasalahan Pemira KM ITB. Menurut Menko Sospol Kabinet KM ITB 2020/2021, Reza Rahmaditio (TL’17), hal tersebut disebabkan bukan karena sikap anarkis melainkan oleh apatisme massa KM ITB yang bersikap acuh tak acuh pada sistem yang ada. Seharusnya massa KM ITB lebih bergerak untuk menentang jika dirasa ada sistem yang kurang berarti dan berusaha menemukan kerelevanan diri terhadap lembaga dengan mendefinisikan sendiri kepentingan pribadi kepada lembaga  yang diikuti. 

Lembaga Kabinet KM ITB pun telah melakukan dua pendekatan untuk menangani masalah krisis kepemimpinan. Pertama, kabinet melakukan pendekatan kepada beberapa himpunan dan lembaga untuk mengidentifikasi terkait penyediaan pelatihan kepemimpinan dan pemenuhan kebutuhan dari kabinet kepada himpunan. Kedua, kabinet akan mengkaji kembali terkait konsep kemahasiswaan di ITB mulai dari kepentingan hingga karakter mahasiswa ITB melalui metode yang reliable seperti survei dan kajian. 

Yuk, Berkontribusi dalam Pemira!

Dokumentasi Pemira KM ITB 2018/2019 – Hearing Zona Selatan

Saat ini, Pemira KM ITB 2022 “Kolaborasi untuk Regenerasi” tengah berjalan dengan segala dinamika yang menyertainya. Dengan mengenal sejarah KM ITB, Pemira, dan lika-liku perpolitik kampus, diharapkan kita dapat menyadari pentingnya menyelaraskan gerak kegiatan akademik dan kemahasiswaan. Maka dari itu, sebagai massa kampus, tentu, bagian kita adalah ikut menyemarakkan lewat kontribusi-kontribusi yang dapat dilakukan. Jangan lalai untuk menghadiri forum, kawal penyelenggaraan pemungutan suara, dan gunakan hak pilihmu dengan bijak!

Penulis: Nadhira Alsya (PWK’20)
Penyunting : Farah Syahidah (KL’19), Sekar Dianwidi (BE’19)

Kedirjenan Dokumentasi Historis
Kementerian Penelitian dan Pengembangan
Kemenkoan Pergerakan Internal Kabinet KM ITB 2021/2022


0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published.