Pandemi tidak menjadi alasan matinya kaderisasi untuk menciptakan kader-kader yang memiliki kapabilitas dan komitmen terhadap dinamika organisasi. Sejak 2020, di tengah situasi yang penuh dengan ketidakpastian, kaderisasi secara daring ditempuh KAT ITB sebagai alternatif proses internalisasi di masa pandemi.
Perwakilan kabinet KM ITB berkesempatan untuk mengulik proses kaderisasi daring ini melalui wawancara dengan Jen Megah (MS’17) selaku Ketua KAT ITB 2020 pada Kamis (2/12/2021). Menurutnya, kaderisasi merupakan proses belajar dan mempersiapkan diri untuk menuju suatu nilai yang telah diset oleh pengkader. Sehingga dalam menciptakan sebuah kaderisasi perlu dipikirkan secara matang influent prosesnya agar apa yang dilihat, dilakukan, dan dirasakan peserta kaderisasi selaras dengan visi dan misi kaderisasi itu sendiri.
Awal Mula Mimpi KAT 2020
Pada akhir 2019, Jen sebetulnya telah membayangkan dan merancang sistem kaderisasi secara luring untuk maju menjadi Ketua KAT ITB 2020. Namun tanpa pernah terbayangkan sebelumnya, pandemi terjadi dan memaksa KAT ITB untuk bisa beradaptasi memanfaatkan era digitalisasi.
Sistem kaderisasi luring yang diimpi-impikan pun perlahan diresapi dengan ‘yasudahlah’.
“Kami pelan-pelan mengubur mimpi dan harapan”, merelakan sistem kaderisasi luring dan mengubahnya menjadi daring. Bagaimana pun juga, kaderisasi merupakan sebuah keharusan untuk tetap dijalankan di masa pandemi guna membentuk karakter yang diharapkan.
Perbedaan Kaderisasi Offline dan Online
Perbedaan antara kaderisasi luring dan daring yang paling dirasakan Jen adalah terkait penyampaian materi yang tidak bisa ditunjukkan secara langsung melalui contoh-contoh riil. Adanya batasan ruang gerak dan waktu antara pengkader dan peserta kaderisasi membuat Jen merasa tidak dapat menjamin secara penuh apakah peserta kaderisasi dapat melihat, melakukan, dan merasakan hal yang selaras dengan visi dan misi yang ingin dibawakan oleh KAT ITB 2020.
“Kami tidak bertemu secara langsung, kami hanya mengedukasi melalui video tapi kami tidak bisa mengontrol bagaimana output-nya di peserta kaderisasi.”
Situasi ini kemudian memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru seperti apakah nilainya telah tersampaikan dengan baik? apakah pembelajarannya telah ditanamkan dalam diri dengan baik?apakah peserta kaderisasi dapat mencapai profil RUK?. Hingga detik ini, pertanyaan tersebut belum memiliki jawaban yang konkret. Menurut Jen, situasi seperti ini membuatnya tidak dapat mengukur parameter tersebut secara akurat. Terlebih menurutnya, perilaku peserta yang tampak di layar (selama kaderisasi daring) tidak merepresentasikan perilaku yang sebenarnya.
Buka-bukaan Tantangan Kaderisasi Masa Kini
Menurut Jen, keterbatasan interaksi dan komunikasi menjadi tantangan terbesar selama memfasilitasi kaderisasi. Secara personal, Jen punya mimpi yang diharapkan dapat dimaknai oleh peserta kaderisasi. Namun, adanya komunikasi gap menyebabkan terjadinya pengikisan interpretasi dan berujung pada apa yang ia harapkan tidak tersampaikan sepenuhnya kepada peserta kaderisasi.
“Di masa seperti ini, ketika aku ingin menyampaikan mimpi seharusnya aku mengkomunikasikan itu secara berulang-ulang. Namun, di hari lalu aku tidak melakukan itu, jadi mimpi itu tidak sepenuhnya tersampaikan kepada mahasiswa baru”
OSKM: Gerbang Awal Mahasiswa ITB
Perlu ditekankan bahwa Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa (OSKM) menjadi gerbang kaderisasi pertama di ITB. OSKM tidak sebatas sebagai acara penyambutan mahasiswa baru, tetapi sebagai proses humanisasi untuk mencapai profil Rancangan Umum Kaderisasi (RUK). Produk keluaran OSKM yang diharapkan adalah mahasiswa yang telah mengetahui nilai dan pemahaman dasar KM ITB. Selanjutnya, untuk mempertahankan nilai dan pemahaman tersebut perlu adanya kegiatan lanjutan seperti Diklat Terpusat, Sekolah Fakultas, SMPE SSDK, Ospek Jurusan, dan lain-lain.
Kaderisasi Penuh Esensi Walau Kala Pandemi
Lalu bagaimana KAT ITB memastikan peserta meresapi nilai dan esensi kaderisasi secara utuh?
Jen mengungkapkan bahwa materi dan metode yang berperan sebagai kendaraan peserta kaderisasi untuk mengenal diri dan menemukan jati diri dinilai telah berhasil pada masa itu. Parameter keberhasilan ini didasarkan pada nilai tugas dan ujian peserta kaderisasi secara keseluruhan yang telah memenuhi KKM.
“Untuk penanaman nilai di saat OSKM aku merasa sudah cukup oke, tetapi untuk mempertahankan nilai yang ditanamkan itu bisa tumbuh agak sulit”.
Jen selalu berharap setelah OSKM berlalu, ia mempunyai kesempatan di empat atau delapan bulan setelahnya untuk me-recall materi.
Pesan Bagi Sang Penerus
Di akhir wawancara, Jen berpesan kepada perangkat KAT ITB selanjutnya agar tidak sungkan untuk ngobrol dengan perangkat KAT ITB sebelum-sebelumnya. Banyak budaya dan tradisi dari kaderisasi sebelumnya menarik untuk dipelajari. Tentang budaya itu dilanjutkan atau tidak, itu dikembalikan lagi kepada perangkat KAT ITB selanjutnya. Pertimbangkan kegiatan mana yang lebih efektif, kegiatan mana yang dapat meningkatkan hype massa kampus, dan pilihlah kegiatan yang low effort tetapi high impact.
“Siapa pun nantinya yang menjadi Ketua KAT ITB 2022, sayangilah anak-anak 2022 dan ciptakan kader-kader yang mencintai KM ITB. KM ITB bergerak karena ada penggeraknya dan biasanya penggeraknya muncul dari KAT ITB.”, tutup Jen Megah.
Penulis : Viony Shinta (KL’20)
Penyunting : Farah Syahidah (KL’19), Sekar Dianwidi (BE’20)
Kedirjenan Dokumentasi Historis
Kementerian Penelitian dan Pengembangan
Kemenkoan Pergerakan Internal Kabinet KM ITB 2021/2022
0 Comments