Sudah kurang lebih 2 tahun pandemi Covid-19 melanda bumi kita. Berbagai macam kegiatan yang biasanya kita lakukan secara luring, kini bertransformasi menjadi daring. Dari bersosialisasi, bekerja, belajar, berolahraga, dan masih banyak kegiatan lain yang bertransformasi menjadi daring. Tetapi hal tersebut tidak menghambat manusia dalam berinovasi sekaligus mencari solusi dari permasalahan pandemi ini. Untuk melawan keterbatasan, berbagai inovasi muncul di berbagai dunia.
Pada belahan dunia bagian barat, telah tercipta robot delivery yang menjadi alternatif penghantaran barang di masa pandemi. Robot akan dikendalikan melalui aplikasi di gawai pengguna untuk membawakan barang yang dibutuhkan. Sebagian besar wilayah di Inggris dan Amerika telah mengoperasikan jasa robot ini.
Sedangkan, sebagian bandara di dunia sudah menggunakan robot crowd control untuk menginformasikan kepada orang-orang untuk tetap menjaga jarak dan memecah kerumunan di bandara. Di Venice, terdapat gerbang elektronik yang akan mengendalikan jumlah turis yang datang. Di Amsterdam, para wisatawan akan memegang Amsterdam City Card. Kartu ini akan memandu wisatawan ke destinasi wisata yang tak terlalu padat melalui aplikasi yang tertaut dengan pengguna.
Tidak hanya di luar negeri, inovasi kesehatan juga datang dari berbagai pihak di Indonesia mulai dari pemerintah, swasta, hingga lembaga pendidikan tinggi di masa pandemi ini. Tahukah kalian tentang telemedicine? Telemedicine adalah jasa konsultasi kesehatan yang dilakukan secara online dan membuat kita dapat berkonsultasi dengan dokter tanpa menemuinya secara langsung. Kementerian kesehatan pun telah memiliki program ini dengan nama Temenin atau Telemedicine Indonesia. Kita bisa mengaksesnya melalui website https://temenin.kemkes.go.id/. Selain itu, juga tercipta berbagai inovasi lain di Indonesia. Inovasi-inovasi tersebut dapat dibagi menjadi empat kelompok, yakni alat pengetesan, alat kesehatan pendukung, alat terapi dan obat, serta sosial humaniora dan database.
Alat pengetesan Covid-19 yang dilahirkan anak bangsa mengambil berbagai jenis sampel di tubuh manusia, seperti Genose yang mendeteksi berdasarkan hembusan nafas dan i-Nose yang menentukan hasil menggunakan bau keringat. Sementara itu, kesehatan pendukung didominasi oleh ventilator karya lembaga pendidikan tinggi, seperti Vent-I yang merupakan kerja sama ITB dan BRIN, Emergency Ventilator buatan ITS, serta Covent-20 karya Universitas Indonesia.
Selain itu, ada juga inovasi alat terapi yang diciptakan semasa pandemi yaitu terapi plasma konvalesen serta terapi mesenkimal sel punca dan eksosom. Di sisi database, terdapat Whole Genome Sequencing (WGS), sebuah inovasi pemahaman sebaran karakter virus untuk mengetahui vaksin yang tepat untuk masyarakat Indonesia. Masih banyak lagi inovasi karya anak bangsa lainnya di masa pandemi selama 2 tahun ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Sebagai perguruan tinggi yang telah dikenal luas sebagai pionir berbagai inovasi teknologi di Indonesia, Institut Teknologi juga telah berkontribusi dalam menciptakan inovasi selama masa pandemi ini.
Tipisnya persediaan oksigen saat pandemi di Indonesia, mendorong Fandika Ikhsan, seorang mahasiswa Teknik Mesin 2018, dan mahasiswa lainnya untuk menciptakan sebuah gerakan kemanusaan bernama O2Go. O2Go merupakan gerakan kolaborasi FTMD, FTI, STEI dari ITB dan mahasiswa FK UNPAD dalam penyediaan oksigen medis gratis untuk rakyat Indonesia. Prinsip kerja alat ini adalah dengan menyerap gas-gas yang ada di udara dan mengeluarkannya dalam bentuk oksigen saja. Senyawa zeolit digunakan sebagai bahan filtrasi udara. Gerakan ini pun mendapatkan banyak dukungan dari para mahasiswa dan dosen sehingga terciptalah semangat untuk berkolaborasi!
Inovasi berikutnya datang dari mahasiswa/i STEI’20 yang mencoba menyelesaikan permasalahan sistem terkait data kependudukan warga RW 07 Lebak Siliwangi dengan memberikan solusi berupa SistaKu. SistaKu (Basis Data Wargaku) ialah platform basis data warga RW 07 Lebak Siliwangi dalam bentuk website berisi informasi umum RW 07, PDF Grand Design Kampung Inovasi Lebak Siliwangi 2.0, dan database kependudukan warga RW 07 yang juga dikombinasikan dengan formulir pendaftaran vaksinasi Covid-19.
Program pengabdian masyarakat ini diharapkan bisa berlanjut melalui para pemuda RW 07 yang turut diberdayakan untuk menjadi pengelola website ini sehingga dapat menjadi wadah bagi masyarakat RW 07 untuk menyelesaikan masalah yang mungkin ada kedepannya. Masih belum habis, para mahasiswa dan civitas akademika ITB juga menghasilkan inovasi hebat yang dapat menolong kehidupan manusia di masa pandemi.
Civitas akademika ITB juga kembali menciptakan inovasi bernama Swabidarity Chamber, sebuah bilik yang diperuntukan untuk membantu tenaga medis sekaligus meminimalisir resiko terpapar Covid-19 saat hendak melakukan tes covid. Project ini merupakan inisiatif dari Himpunan Mahasiswa Mesin ITB dan dosen dari Teknik Mesin ITB. Serta bekerjasama pula dengan Tim Dokter untuk mengetahui kebutuhan saat melakukan tes Covid-19. Alat ini sudah mulai diproduksi pada awal triwulan 2020. Alat ini menggunakan prinsip positive pressure , dimana udara dari luar tidak bisa masuk ke dalam bilik swab. Alat ini didistribusikan di beberapa rumah sakit di Bandung, seperti RS Hasan Sadikin, RS Paru Rotinsulu, dan RS Lainnya.
Ternyata, Indonesia juga berperan banyak dalam hal berinovasi, dan banyak inovasi tersebut datang dari mahasiswa ITB. Maka dari itu, kita sebagai mahasiswa juga bisa berinovasi untuk mempermudah hidup, bahkan untuk kemajuan peradaban manusia, setidaknya di Indonesia.
“Ini adalah kerja gotong royong yang sesungguhnya, karena teknologi yang benar dikerjakan secara bersama-sama. Sebagai seorang insinyur, patut berendah hati untuk bertanya pada dokter atau siapapun yang mengerti pentingnya alat ini ada. Jangan membatasi pengetahuan atau pun sumbangan-sumbangan pemikiran yang kreatif.” – Ventilator Indonesia (Ketua Tim Ventilator Portable Indonesia (Vent-I), Dr. Ir. Syarif Hidayat)
“Singkirkan ego, munculkan semangat kolaborasinya. Kalo cuma tau hal A, ya kerja sama dengan pihak lain. Kolaborasi ke samping (mahasiswa jurusan lain) dan ke atas (dosen). O2GO ini juga bisa jadi wadah kolaborasi engineering dan medis.” – Ketua Tim O2GO Indonesia, Fandhika Ikhsan
“Ketika kalian dihadapkan dengan sesuatu masalah kompleks yang belum pernah kalian temui, coba ubah perspektif kalian dari sudut pandang lain. Karena ketika ada satu pintu yang tertutup, pasti ada pintu lain yang terbuka untuk menjadi solusi.” – Ketua Tim SISTAKU, Fadlin Izhar Tarigan
0 Comments