Keberadaan anak-anak sangat erat kaitannya dengan masa depan Indonesia. Anak-anak yang cemerlang tentu dapat membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Lalu, bagaimana cara kita untuk turut berkontribusi dalam pengembangan potensi anak-anak Indonesia? 

‘Dari anak dan untuk anak’, rasanya kalimat tersebut cocok untuk disematkan pada sebuah proyek yang diberi nama ‘Rupa dan Cerita’ yang mengembangkan potensi anak–anak dengan mengasah kreativitas mereka. Proyek ‘Rupa dan Cerita’ merupakan suatu kegiatan sosial yang salah satunya diinisiasi oleh Dita Fanny Rahmah dari Rekayasa Hayati 2018 ITB. Proyek ini menghasilkan beragam produk yang desainnya diambil dari hasil karya anak-anak berupa gambar. 

Penciptaan Rupa dan Cerita ini bermula dari diskusi Dita bersama teman-temannya yang membahas tentang para mahasiswa ITB yang sudah banyak berinovasi dan berkarya. Selain itu, pengalaman Dita saat mengajar di SKHOLE – ITB Mengajar dimana  ia memberikan tugas menggambar pada anak-anak juga menjadi salah satu sumber semangat utamanya untuk mendirikan Rupa dan Cerita.

 “Saat aku memberi tugas menggambar pada anak-anak, aku kagum karena hasil gambaran mereka bagus-bagus. Maka dari itu, aku terpikir untuk membuat produk merchandise menggunakan gambar anak-anak sekaligus untuk membantu anak-anak tersebut dalam berkarya, perkembangan, dan juga finansial,” cerita Dita. Selain itu, Dita juga bercerita bahwa filosofi atau cerita di balik gambar yang dihasilkan anak anak ini juga menjadi faktor pemilihan gambar yang digunakan Rupa dan Cerita.

Dalam mengembangkan gerakan ini, Dita berjalan bersama beberapa teman-temannya dari Rekayasa Hayati ITB 2018 yaitu Daffa, Hanif, dan Adela yang secara berurutan berperan sebagai head of operation, head of finance, dan head of business development. Kini, tim Rupa dan Cerita sudah melebarkan sayap dengan bekerja sama dengan beberapa mahasiswa di berbagai perguruan tinggi lain seperti Universitas Padjajaran dan Universitas Pelita Harapan sebagai bagian dari tim Rupa dan Cerita.

Tentunya perjalanan mereka dalam menciptakan dan menjalankan gerakan ini dilanda sejumlah tantangan. “Tantangan terbesarnya itu ada di sektor marketing dan strategi penyebaran Rupa dan Cerita kepada banyak orang untuk meningkatkan donasi yang dapat diberikan. Selain itu, beberapa kali kita mendapat vendor yang menghasilkan desain yang tak sesuai harapan. Ditambah lagi, kita sempat susah membagi waktu dan fokus ketika mengurus Rupa dan Cerita saat dipenuhi kesibukan tugas akhir,” papar Dita.

Bersyukurnya, kerja keras yang mereka lakukan berbuah manis tahap demi tahap. Dita bercerita bahwa pada batch pertama Rupa dan Cerita, mereka mendapat donasi yang cukup besar kepada SKHOLE. Selain itu, banyak influencer sosial media yang mendatangi mereka terlebih dahulu untuk mempromosikan produk mereka, bahkan ada yang tidak memasang tarif.

Inovasi yang diciptakan oleh Rupa dan Cerita ini juga terbilang unik dan memberikan terobosan baru dalam ruang berkarya para mahasiswa. Pada wawancara ini, Dita juga menyampaikan pesannya untuk para mahasiswa untuk semangat dalam berkarya dan memulai langkah untuk berkarya. “Kalau kalian terpikir sebuah ide, coba kalian sampaikan kepada teman-teman kalian, memberanikan diri untuk mengambil langkah, dan jangan pesimis. Pesimis sebelum memulai hanya akan membuat ide tidak akan pernah terealisasi,” gagas Dita.

“Saat aku memberi tugas menggambar pada anak-anak, aku kagum karena hasil gambaran mereka bagus-bagus. Maka dari itu, aku terpikir untuk membuat produk merchandise menggunakan gambar anak-anak sekaligus untuk membantu anak-anak tersebut dalam berkarya, perkembangan, dan juga finansial,” cerita Dita. Selain itu, Dita juga bercerita bahwa filosofi atau cerita di balik gambar yang dihasilkan anak anak ini juga menjadi faktor pemilihan gambar yang digunakan Rupa dan Cerita.

Dalam mengembangkan gerakan ini, Dita berjalan bersama beberapa teman-temannya dari Rekayasa Hayati ITB 2018 yaitu Daffa, Hanif, dan Adela yang secara berurutan berperan sebagai head of operation, head of finance, dan head of business development. Kini, tim Rupa dan Cerita sudah melebarkan sayap dengan bekerja sama dengan beberapa mahasiswa di berbagai perguruan tinggi lain seperti Universitas Padjajaran dan Universitas Pelita Harapan sebagai bagian dari tim Rupa dan Cerita.

Tentunya perjalanan mereka dalam menciptakan dan menjalankan gerakan ini dilanda sejumlah tantangan. “Tantangan terbesarnya itu ada di sektor marketing dan strategi penyebaran Rupa dan Cerita kepada banyak orang untuk meningkatkan donasi yang dapat diberikan. Selain itu, beberapa kali kita mendapat vendor yang menghasilkan desain yang tak sesuai harapan. Ditambah lagi, kita sempat susah membagi waktu dan fokus ketika mengurus Rupa dan Cerita saat dipenuhi kesibukan tugas akhir,” papar Dita.

Bersyukurnya, kerja keras yang mereka lakukan berbuah manis tahap demi tahap. Dita bercerita bahwa pada batch pertama Rupa dan Cerita, mereka mendapat donasi yang cukup besar kepada SKHOLE. Selain itu, banyak influencer sosial media yang mendatangi mereka terlebih dahulu untuk mempromosikan produk mereka, bahkan ada yang tidak memasang tarif.

Inovasi yang diciptakan oleh Rupa dan Cerita ini juga terbilang unik dan memberikan terobosan baru dalam ruang berkarya para mahasiswa. Pada wawancara ini, Dita juga menyampaikan pesannya untuk para mahasiswa untuk semangat dalam berkarya dan memulai langkah untuk berkarya. “Kalau kalian terpikir sebuah ide, coba kalian sampaikan kepada teman-teman kalian, memberanikan diri untuk mengambil langkah, dan jangan pesimis. Pesimis sebelum memulai hanya akan membuat ide tidak akan pernah terealisasi,” gagas Dita.

Categories: Uncategorized

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *